Saya bercerita tentang kawah ijen,
bagaimana sih kawah ijen itu? Cerita ini ditulis dengan sudut pandang
orang pertama yang baru mengunjungi Kawah Ijen, yaitu saya.
Sebelum melihat langsung di lokasi, saya
membayangkan bahwa kawah ijen merupakan sebuah kawah yang sendirian.
Karena secara bahasa, Kawah artinya kawah sedangkan Ijen artinya
sendirian (dalam bahasa jawa, eh, bahasa surabaya atau jawa ya?). Kalau
digabungkan memiliki arti kawah yang sendirian.
Saya berfikir di lokasi akan melihat
satu gunung dengan satu kawah dan tidak ada lainnya. Itu bayangan saya
selama di perjalanan menuju kawah ijen. Kebetulan sekali, waktu itu saya
ke kawah ijen mendekati akhir tahun 2014. Pasti banyak orang yang
berlibur akhir tahun, tapi kemungkinan kecil bahwa orang se-Indonesia
menuju kawah ijen semuanya. Jadi kita tidak akan takut bahwa lokasi
pariwisata kawah ijen akan sesak pengunjung.
Karena kita mengunjungi kawah ijen memang sedang berlibur dari pekerjaan. Lebih tepatnya meliburkan diri. Hehe…
Perjalanan ke Kawah Ijen
Perjalanan dari Sidoarjo, in the Irwyn’s
House, kita berkumpul dan akan berangkat menggunakan Benny’s Car.
Seingat saya, tanggal 29 Desember kita berangkat, sekitar pada pukul
17.15 WIB.
Bisa dibayangkan kan? Perjalanan dari Sidoarjo –Banyuwangi berapa lama?
Karena jauh dan lama, biar ga terlalu
capek kita berhenti di beberapa tempat, selain untuk makan, kita
berhenti karena kita ingin istirahat sejenak dan keluar dari mobil untuk
meregangkan otot-otot badan.
Di Bangil, kita berhenti sejenak untuk
makan malam. Menu kita nasi goreng dan tahu campur. Standar aja lah,
ndak usah ke MekDi ataupun Frenciken. Hitung-hitung mengirit uang
perjalanan kita.
Selain di Bangil, kita berhenti di SPBU
yang… gileee…, bagus banget, cocok buat Selpi. SPBU ini berada di daerah
Paiton. SPBU ini nyaman banget, fasilitas lengkap, mulai dari toilet
sampai Hotel ada di SPBU itu. Bagus deh pokoknya. Dengan factor
pembandingnya adalah SPBU yang pernah saya kunjungi, standar banget,
toilet, minimarket, dan musholla. Hehe
Eh, kog kebetulan banget, pas kita di
lokasi ini juga, kita kebingungan arah untuk menuju lokasi Kawah Ijen.
Kemana kita harus memilih jalan yang benar menuju Kawah Ijen?
Ya! Betul sekali, pasti kita langsung membuka tablet dan mengakses googlemap. Keren banget kog GoogleMap
ini. Kita langsung diberikan arahan menuju lokasi Kawah Ijen. Maha
besar Tuhan yang menciptakan manusia pencipta GoogleMap. Hehe
Dengan memanfaatkan kecanggihan si
Google, kita akhirnya sampai pada lokasi yang mendekati Kawah Ijen,
karena kita melihat ada pos hutan. Jadi kita simpulkan sudah mendekati
Kawah Ijen. Meskipun belum yakin rute yang kita lalui benar. >_<
Kita tetap saja sesekali berhenti untuk
menanyakan kepada orang yang kita anggap lebih tahu. Kita berhenti di
suatu tempat dan bertanya kepada seorang Ibu dan kemudian kepada seorang
Bapak Berkumis. Untung saja arahan Google bener, coba salah gua tuntut
Google ke mahkamah konstitusi [Crazy Mode On].
Lokasi kita hampir sampai kata Pak
Kumis, katanya sih hanya sekitar 18 Km saja. Jelas sekali, si Bapak
tidak mungkin bohong, karena kita berada di lokasi yang hawanya sudah
mulai dingin sekali dan kita mulai menggunakan jaket.
Belum sampai di lokasi, kita melewati
lokasi dimana banyak rumah peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh.
Nama lokasi tersebut adalah Afdeling, orang sering menyebutnya
perkampungan Belanda. Lupa tidak kita foto, jadi merasa bersalah, seakan
ini hanya tulisan belaka tanpa bukti nyata. Huhu
Kawah Ijen
Tidak terasa sudah sampai di parkiran
mobil. Aaah! Syukur dan puji Tuhan kita selamat sampai tujuan. Tahu
lokasi pertama yang kita cari saat sampai di tujuan? Salah! Kita mencari
warung untuk mengisi perut kita. Haha… Apapun jawaban anda salah,
karena saya tidak mendengar jawaban anda.
Ya, kita mencari warung yang dapat memberikan pelayanan memuaskan bagi perut kita berempat.
Teh hangat harus disajikan pertama kali, karena itu kewajiban dan keharusan. Hehe
Bakso pesanan kita datang. (Kapan pesannya?)
Langsung kita makan, tanpa banyak omong, Slurp nyam nyam nyam, habis dalam sekejap.
Karena kita berada di lokasi parkir pada
pukul 02.30 an WIB, kita sudah termasuk terlambat, seharusnya kita bisa
sampai di kawah ijen sebelum matahari terbit. Makanya kita makan
dipercepat, meskipun tidak secepat yang saya tuliskan sih. Masak diminum
langsung habis. Gila!
Sebelum kita berangkat menuju Kawah
Ijen, kita harus didampingi oleh pemandu. Karena hari masih gelap, so
pasti kita akan kebingungan sedangkan kita tidak membawa alat bantu
penerangan satupun kecuali HP.
Harga pemandu Rp.130.000, kita deal dan
kita berangkat. Diperjalanan, kita melewati pos dan harus membayar
Rp.10.000 per orang. Itu merupakan pos masuk ke Kawah Ijen.
Medan menuju Kawah Ijen cukup menantang.
Tapi Gue berani menantangnya. Cukup curam sih, sampai kita seperti
Michael Jackson, berjalan miring. Eh, berdiri miring ya?
Keadaan di perjalanan Menuju Kawah Ijen
Di perjalanan, sekeliling saya
perhatikan, banyak tumbuhan, burung-burung berkicau, udara segar saya
rasakan. Damai banget Indonesia tercinta, meskipun berada jauh dari
kota. Ya benerlah, yang sering ga damai tuh yang di kota. Hehe
Semakin lama kog semakin terang, yah!
Sunrise tak sempat kita lihat sampai di lokasi Kawah Ijen. Gagal lah
kita menuju Kawah Ijen dengan sunrise yang akan kita lihat.
Tenang, sunrise bukanlah satu-satunya
keindahan yang ada di situ. Kerumitan seni Tuhan yang diciptakan dalam
bentuk Kawah Ijen ini bisa mengobati rasa kecewa kita karena tidak bisa
menikmati sunrise.
Sisi lain Kawah Ijen
Kita tahu, ketika kita mengunjungi
tempat yang sama sekali baru bagi kita. Kita akan mendapatkan pelajaran
baru juga bagi kita. Di Kawah Ijen ini saya mendapat pelajaran penting
yang buat saya pribadi, menilai saya adalah seorang yang egois dan tak
berperasaan.
Mengapa? Disaat bersamaan kita menikmati
keindahan alam Indonesia. Disaat itulah saya melihat keprihatinan
beberapa penduduk sekitar yang masih se-negara dan sebangsa. Mereka
mencari nafkah dengan cara mengangkat batu belerang seberat 90 Kg per
orang.
Saya tidak bisa membayangkan, dengan
rute yang begitu sulit bagi saya untuk menuju Kawah Ijen. Tanpa membawa
berkilo-kilo beban, capeknya minta ampun. Bagaimana dengan mereka?
Harga per Kg belerang mereka jual kepada tengkulak hanya Rp.1500. What The H*ll
itu suatu nominal yang mudah di cari bagi seorang guru les Matematika
di kota. Hanya mengajar selama 3 jam, tidak perlu lari-lari sudah
mendapatkan lebih dari nominal itu.
Semoga Tuhan memberikan kemudahan mereka dalam rezeki dan kemakmuran keluarga mereka.
Semoga juga pemerintah setempat
memberikan lapangan pekerjaan yang lebih layak bagi mereka, sehingga
meningkatkan harkat dan martabat mereka sebagai warga Negara Indonesia.